Monday, July 11, 2005

Kisah hari minggu

Hari minggu telah tiba...
Hari dimana semua orang tersenyum, Wajah-wajah malas nan bahagia.
Tapi tidak untukku, kegalauan telah mematri, Wajah yang kusam ini semakin parau menyuarakan hati, sebuah ganjalan besar berujung sembilu biru.
Mataku yang hitam semakin kelam menyambut siang

Matahari semakin congkak dengan sinarnya
Kupandang sudut meja...
Tas ransel tua temanku, kali ini lagi temani aku.
Akupun melangkah dari terminal menuju kota hujan.
Aku masih mengenal jalur itu, jalan setapak menuju puncak yang mendingin saat malam yang merayap sendu memekat kesendirian.
Rintik hujan memaksaku berteduh di sebuah dangau kecil

Aku bergegas setelah hujan reda, berpacu dengan malam dan kegelapan yang memudarkan pandanganku
Beberapa kali kakiku terantuk batu terjal, tapi hanya sekejap saja sakit itu hadir.
Beberapa tanjakan lagi...
Nafasku mulai menyesak mungkin karena aku belum berhenti semenjak tadi.

Sebuah batu besar muncul diatas bukit, kusandarkan sejenak melepas nafas yang memburu. Kuraih dan kusatukan kedua lututku sejenak ku memandang ke arah depan jurang terjal menganga, siap menelan apapun diatasnya.
Kedua telapak kakiku banyak memar dan beberapa ada yang tersayat dan mengeluarkan darah, celana jins pun penuh dengan noda lumpur dan lumut.
Seharusnya aku merasa kesakitan yang luar biasa, tapi piluku menenggelamkannya
Hawa dingin dan basah setelah hujan mulai menyusup tapi dinginnya hatiku lebih beku

Kubenamkan dalam-dalam wajahku diantara kedua lututku, menimbang sejenak.
Sesaat kemudian aku bangkit...
Kulangkahkan kakiku kebibir jurang, aku merasa tak menyentuh bumi.
Anganku ingin lepas dari seluruh jiwa, mengakhiri kisah disini.
Jiwaku menghitam legam oleh keputus-asaan oleh kekerdilan jiwa.
Cukup sudah permainan ini kujalani, permainan yang kupastikan tak kumenangkan.
Hilanglah hilang bersama angin.

Sekelebat bayangan menghantamku hingga terpelanting kebelakang,
Apa yang kau lakukan bodoh, apakah kau ingin seperti aku ?
Aku yang tak punya harapan lagi, aku yang tak bisa lagi bermimpi!
Suaranya yang seperti keluar dari dalam jurang aku kenali, suara sobatku yang telah tiada.
Kau ? tanyaku tergagap
Ya ini aku orang yang pernah kau nasehati sebelum aku mengambil keputusan sesaat sepertimu tadi, aku datang untuk mengingatkan kata-kata yang pernah kau ucapkan padaku : SESEORANG YANG TIDAK TAKUT MATI, TIDAK AKAN TAKUT UNTUK MENJALANI HIDUP, AKAN SELALU ADA HARAPAN UNTUK YANG HIDUP SELAMA MATAHARI TERBIT DI TIMUR DAN BUMI INI BERPUTAR. BERUSAHALAH UNTUK TIAP KEINDAHAN YANG KAU DAPATKAN DAN RAIHLAH WALAU HANYA SATU PERSEN. sampai bertemu di waktu yang tepat.

Aku terdiam oleh kata-kataku sendiri dan mengingat kembali semua kejadian yang lalu, bahkan saat kematian tertundaku 15 tahun yang lalu.
Aku tak peduli apakah tadi malaikat atau dedemit, iblis atau marakayangan...
Terimakasih sobat, sampai saatnya tepat kita akan bertemu lagi.

Sore itu juga aku putuskan kembali ke Jakarta, aku hirup kembali polusi dan dinamika hidup. Ya selama matahari masih terbit dari timur dan bumi berputar, apapaun dapat terjadi dan harapanpun mungkin terwujud.
Kan kusongsong tiap pagi dengan jiwa baru. THE ALFA-LION HAS RAISED
.