Thursday, April 28, 2005

REDALAH REDA !

mari berandai-andai disaat hati terluka

andaikan aku yang menemui sebelum dia ?
apakah akan tetap seperti ini keadaannya
mungkin aku juga tidak akan dipilih
tapi setidak bukan karena kalah start
kalah start akankah jadi tato permanen dikeningku ?
dan itu sangatlah menyakitkan

andai memang ada peluang
kesempatanku hanyalah merebut hatinya
membuktikan diriku mampu dan,
mencari celah diantara mereka
mungkinkah memasuki hati yang menutup mata dan telinganya ?

oh TUHAN
tolong hentikan lara ini
aku letih dalam permainan seperti ini
aku selalu mengikutiMU, dan tak mengingkariMU
tolong hambaMU ini dari siksa dunia fana ini
KAU melarangku untuk bunuh diri
maka cabutlah perasaan cinta yang kumiliki
seperti saat KAU berikan padaku
berikanlah kepada hambaMU yang lebih membutuhkan

ku akui cinta yang kau berikan sempat membuatku bahagia
ku akui aku pernah melupakanmu karena itu
tapi kini cinta telah mencabik hatiku
dan bukan yang pertama kali terjadi
dan bukan hanya luka baru yang kini berdarah
TUHAN ampuni aku tak bisa mensyukurinya
Tidakkah bisa KAU bwat aku seperti hambaMU yang bahagia ?

mungkin memang takdirku
tidak bisa bersama dengan orang yang menyentuh hatiku
tidak memiliki cinta seseorang yang sangat kucinta
tak bisa memeluk bahagia bersamanya
TUHAN tiadakah pilihan untukku ?

Tuesday, April 26, 2005

Melihat ke depan

sebuah optimisme

Kini kulihat lagi jiwaku
Seperti berdiri didepan cermin
Kini kutemukan lagi hangat sinar matahari
Menghangatkan beku seluruh jiwaku yang
Kini kusadari lagi warna darah yang mengalir
Dan KAUlah yang membuat warna itu

Kupertaruhkan masa depan dengan jiwa kepadamu
Menang atau kalah adalah probabilitas
Dan,
Kini telah kembali dalam horizonku, pelangiku
Setelah hujan badai masa lalu
Kini jalan yang gelap dahulu itu telah berbentuk
Tak lagi abstrak.
Dan jalan terang itu telah ada di depanku
Raih aku wahai pecinta sejati
Dan jadilah kau pembimbingku, disisiku
Ajari aku mencinta
Mencintaimu

Saturday, April 23, 2005

Belenggu

[tulisan pagi hari]

Kadang malam terlalu ramah padaku
Membuatku lupa bahwa siang terjelang
Kadang hitam menulikan rasaku
Dalam pengembaraan akan mimpi-mimpiku
Aku tak pernah tahu batas seseorang
Karena akupun tak tahu batasku

Namun aku tak pernah acuhkan hal-hal itu
Aku membelenggu diriku untukmu
Entah apa yang aku lakukan tapi aku menyadarinya
Aku tak menyesal dan merasa sudah sepantasnya

Mungkin aku sudah lelah mengembara
Tapi lebih dari itu...
Tanpa belenggupun aku lumpuh tanpamu
Adalah jiwaku yang kini berparuh untukmu
Adalah hatiku yang tak bisa mengingkarimu
Mungkin kutak bisa meraihmu
Tapi aku akan tetap menjadi mataharimu
Hingga tiba saat matahari tak mampu lagi berpijar
Ataukah kau lebih mencintai bulan ?

Friday, April 15, 2005

Saat bagi jiwa

dibawah rembulan pudar

CINTA identik dengan KETIDAK-ADILAN
Semua masih sama walaupun kadang ada yang berteriak KETIDAK-ADILAN
Dan YANG berteriakpun ikut juga memperkosa KEADILAN
Saat ditanyakan kembali mereka mengelak atau hanya terdiam
Bukankah seharusnya orang yang mencinta juga di cinta
Bukankah setiap manusia berhak atas CINTA

Adakah rasa yang tercipta mencekatkan terang pada gelap
Sudahkah memakna barisan kata yang terucapkan
Ataukah sekedar bias impian yang memudar dan menghilang ?
Sejenak saja langkah ini terhenti menyambut jingga
Dan seluruh kesunyian hati meraja
Tak tersisa lagi keangkuhan yang dulu sempat bertahta

Pun kini,
Deras sudah peluh menarik pedati hidup yang dihela sang waktu
Berlari dalam ritme yang aneh diatas jalan terjal berkelok
Adakah penghambaan dari cipta yang terungkap
Masihkah ada cinta saat keremangan menjadi gelap

Siapa yang akan percaya perkataan orang terbuang
Siapa yang akan terima pernyataan dari orang hina
Sudah tiada tempat di bumi ini
Tak ada lagi bentuk selain cemoohan dan tawa

CINTA masih identik dengan KETIDAK-ADILAN
Pertanyaan-pertanyaan yang masih memusingkan kepala
Dan membuatku TERTAWA PEDIH
Disini saat rembulan memudar di tirai awan

Thursday, April 14, 2005

MAAFKAN KETERLALUANKU

ajarkanlah aku untuk mencintaimu

Maafkan aku yang tak bisa merangkai kata indah
Untuk dapatkan hatimu
Maafkan aku yang terlalu kasar menyampaikan cinta
Dan mungkin membuatmu muak dengan cintaku
Akupun tak ingin demikian, kasih
Maaf karena...
Ku memang begini bila kubenar-benar cinta

Maafkan aku yang mengejarmu terlalu
Dan membuatmu takut
Hingga kau berusaha lari menghindar
Mungkin cintaku sangat terlalu
Karena aku ingin kau tahu aku sungguh-sungguh
Dan betapa aku mencintaimu

Maafkan aku yang tak tahu bagaimana seharusnya
Aku yang hanya tahu aku telah jatuh cinta padamu
Dan kegilaanku tak bisa menghilangkanmu dari harapanku
Tak bisa ku bedakan lagi angan, imajinasi, nyata dan mimpi
Aku mencintaimu, walaupun ku tak seperti yang kau mau
Ajar dan bimbinglah aku
Karena aku terlalu mencintaimu

Aku akui aku hampir gila
Hingga tak sadari yang terjadi dan akan terjadi
Karena aku tak tau bagaimana menempatkannya
Namun setidaknya aku jujur padamu
Kaulah alasanku tak bisa berpindah ke lain hati

Maafkan dan ajari aku tentang mencinta dirimu

Friday, April 01, 2005

Petarung di senjakala

memandang langit senja sejauh horizon terbentang

Aku ingin menjadi petarung yang kuat
Walau kini aku sadar aku semakin rapuh
Telah banyak pertarungan seperti yang kini kualami lagi
Dan aku belum pernah memenangkannya
Aku berusaha hidup untuk hari ini dan beberapa hari kedepan
Bertarung untuk tiap keindahan yang pernah kurasa
Aku menjaga tiap kepingan rasa dengan jiwa

Bagaimana mungkin lagi akan kuhadapi esok
Bila hari inipun aku akan mati
Terhempas oleh rindu dan terpuruk oleh cinta
Tapi setidaknya akan aku gunakan tiap kesempatan
Sampai aku tak bisa lagi terbangun
Dan tak mampu lagi bertarung

Aku sebenarnya membenci pertarungan ini
Karena musuh-musuhku tak nyata
Dan salah satu musuhku adalah diriku sendiri
Sungguh sebuah pertarungan gila
Saat aku harus mengarahkan pedangku pada diriku sendiri
Aku hanya inginkan cinta meraihku sebelum ajalku
Cinta yang tak hanya satu arah